
Gubernur Sumatera Utara, Bobby Nasution, menyatakan niatnya untuk mendorong promosi babi panggang Karo sebagai salah satu kuliner unggulan daerah. Hal ini disampaikan dalam agenda temu pelaku UMKM dan penggiat pariwisata di Medan, pada akhir pekan lalu. Ia menekankan pentingnya menggali potensi lokal, termasuk makanan khas, untuk mendukung program pariwisata berkelanjutan.
Babi panggang Karo, atau yang dikenal dengan istilah “BPK”, sudah lama menjadi sajian favorit masyarakat Batak, khususnya suku Karo. Namun, kuliner ini belum banyak dipromosikan secara luas sebagai bagian dari daya tarik wisata Sumatera Utara.
dalam Strategi Pariwisata Sumut
Dalam rencananya, Gubernur Bobby Berencana Promosikan Babi Panggang Karo melalui berbagai event budaya, festival kuliner, serta kolaborasi dengan pelaku industri makanan. Menurut Bobby, mengangkat makanan khas daerah bisa memperkuat identitas budaya sekaligus menjadi magnet wisata.
“Selama ini kita terlalu fokus mempromosikan objek wisata alam seperti Danau Toba. Padahal, kuliner seperti babi panggang Karo juga bisa menjadi daya tarik wisata yang sangat kuat,” ujar Bobby.
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara akan menjajaki kerjasama dengan pemilik restoran lokal hingga influencer kuliner untuk memperluas eksposur makanan ini ke pasar nasional dan internasional.
Potensi Ekonomi dari Babi Panggang Karo
Bukan hanya sektor pariwisata yang diharapkan terdongkrak, promosi babi panggang Karo juga dianggap mampu mengangkat sektor UMKM dan pertanian lokal. Peternak babi, pemasok bumbu khas, serta pengusaha rumah makan tradisional akan mendapatkan manfaat langsung dari meningkatnya permintaan.
Sejumlah pengusaha kuliner seperti Rumah Makan Tesalonika dan BPK Tesalonika menyambut baik rencana tersebut. Menurut mereka, promosi makanan khas bisa menjadi momentum untuk memperbaiki kualitas penyajian dan layanan.
Tantangan Sosial dan Budaya
Meski demikian, rencana ini tidak luput dari tantangan. Promosi babi panggang Karo di tengah masyarakat yang beragam, termasuk komunitas Muslim yang mayoritas, memerlukan pendekatan yang sensitif. Bobby menegaskan bahwa promosi akan dilakukan secara selektif dan disesuaikan dengan konteks budaya serta lokalitas pasar yang dituju.
“Kita tidak akan memaksakan. Ini soal promosi kuliner yang menjadi kekayaan budaya. Tentu harus dijalankan dengan penuh rasa hormat terhadap keberagaman masyarakat kita,” jelasnya.
Langkah Lanjutan dari Pemerintah Daerah
Pemprov Sumatera Utara dalam waktu dekat akan menggelar Festival Kuliner Batak, yang salah satunya akan menampilkan babi panggang Karo. Event ini dirancang tidak hanya sebagai ajang promosi, tetapi juga pelatihan bagi pelaku UMKM dalam menjaga standar kualitas dan keamanan pangan.
Selain itu, Dinas Pariwisata Sumatera Utara juga akan membuat direktori digital wisata kuliner yang mencakup informasi lokasi, sejarah, dan rekomendasi restoran penyaji babi panggang Karo. Upaya ini akan diintegrasikan dengan promosi wisata di situs resmi pemerintah dan platform digital lainnya.
Baca Juga: Sinergi Pemimpin: Rano Karno dan Pramono Anung di Magelang
Dukungan Masyarakat Adat Karo
Dukungan terhadap inisiatif Gubernur Bobby Berencana Promosikan Babi Panggang Karo juga datang dari tokoh adat dan seniman Karo. Mereka menyambut baik langkah ini sebagai bentuk penghargaan terhadap warisan budaya leluhur yang patut dilestarikan.
“Babi panggang Karo bukan sekadar makanan, tapi juga simbol persaudaraan dan adat istiadat. Ini momen penting untuk memperkenalkannya lebih luas,” ujar Raja Urung Karo, seorang tokoh adat dari Kabanjahe.
Penutup
Langkah Gubernur Bobby berencana promosikan babi panggang Karo membuka peluang baru dalam pengembangan pariwisata dan ekonomi lokal. Meski ada tantangan, potensi keberhasilan program ini sangat besar apabila dijalankan secara inklusif dan berkelanjutan.
Dengan memadukan kekuatan budaya dan strategi promosi modern, Sumatera Utara bisa menjadikan babi panggang Karo sebagai ikon kuliner nasional yang mendunia.
